Kajian stilistika dimaksudkan untuk menjelaskan fungsi keindahan penggunaan bentuk kebahasaan tertentu mulai dari aspek bunyi, leksikal, struktur, bahasa figuratif, sarana retorika sampai grafologi. Leech & Short mengungkapkan bahwa stilistika merupakan kajian tentang stile, kajian terhadap wujud performasi kebahasaan khususnya yang terdapat pada teks-teks kesastraan. Kini dalam kajian akademik pendekatan stilistika sering dibedakan ke dalam kajian bahasa sastra dan nonsastra (Nurgiyantoro,2014:75). Selain itu, kajian stilistika juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal apa serta bagaimana pengarang mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk memperoleh efek khusus (Nurgiyantoro,2014: 75-76).
Adapun kajian stilistika dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu yang dalam dunia kesastraan untuk menerangkan hubungan bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya. Stilistika sangat terbuka terhadap pengaruh disiplin ilmu lain. Oleh karenanya, ilmu ini mudah dijabarkan dengan berbagai cara tergantung ilmu yang memengaruhinya. Ada tiga disiplin ilmu yang sangat erat kaitannya dengan stilistika. Pertama, linguistik. Stilistika memiliki kaitan erat dengan ilmu ini dalam hal kemunculannya. Kedua, kritik sastra. Kaitan erat antara stilistika dengan kritik sastra ini yakni dalam perangkat kerjanya. Ketiga, al-Balaghah atau retorika.
Dapat dikatakan bahwa Ilm al-Uslub atau stilistika itu muncul sebagai jawaban atas perlunya untuk mengembangkan studi kritik sastra dan al-Balaghah yang sudah terlebih dahulu muncul. Walaupun telah independen menjadi satu disiplin ilmu, tetapi masih memiliki hubungan yang sangat erat dengan ketiga macam ilmu diatas.
A. Relasi Stilistika dan Linguistik
Berbicara mengenai stilistika tidak dapat dilepaskan dari linguistik atau ilmu bahasa. Bahkan, Starcke (2010:2) menegaskan dalam definisinya menyatakan bahwa stilistika sebagai salah satu disiplin linguistik. Eksistensi linguistik dalam konteks stilistika tampak pada beberapa pandangan beberapa pakar. Mcrae dan Clark (dalam Davies dan Elder, 2006:328) berpendapat bahwa stilistika sebagai penggunaan linguistik untuk mendekati teks sastra. Simpson (2004:3) melihat analisis stilistika berfungsi untuk memahami teks sastra dengan dasar wawasan struktur linguistik.
Stilistika juga merupakan cabang ilmu linguistik yang memfokuskan diri pada analisis gaya bahasa. Stilistika cenderung melakukan kajian bahasa tulis termasuk karya sastra. Stilistika mencoba memahami mengapa si penulis cenderung menggunakan kata-kata atau ungkapan tertentu. Adakalanya Stilistika digunakan untuk maksud yang lebih luas, yaitu menandai gaya bahasa berdasarkan variasi bahasa regional dan juga bahasa sosial. Menurut Turner G.W dalam pranawa, ia mengatakan bahwa Stylistics ia that part of linguistics which concentrate on variation in the use of language ( Stilistika adalah bagian dari linguistik yang memusatkan diri pada variasi dalam penggunaan bahasa) walaupun tidak secara eksklusif, terutama pemakaian bahasa dalam sastra.
Berdasarkan pandangan beberapa pakar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa stilistika merupakan pengkajian sastra dari perspektif linguistik. Pandangan diatas juga menjelaskan bahwa dasar pemahaman linguistik menjadi kebutuhan mutlak jika ingin menerapkan teori stilistika.
Wellek dan Warrem (1989:221) lebih menegaskan bahwa stilistika tidak dapat diterapkan dengan baik tanpa dasar linguistik yang kuat karena salah satu penelitian utamanya adalah kontras sistem bahasa karya sastra dengan penggunaan bahasa pada zamannya. Dengan demikian, stilistika dipahami sebagai ilmu gabung (linguistik dan sastra) merupakan hal yang tidak terhindarkan (Sayuti, 2003: 173).
Stilistika menjadikan linguistik sebagai dasar studi dan analisis teks, namun terdapat perbedaan di antara keduanya dalam memperlakukan teks.
Perbedaan Stilistika dan Linguistik:
- Linguistik mempelajari ujaran, yakni komponen tuturan yang diucapkan. Sedangkan stilistika mengkaji, mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana ujaran itu disampaikan.
- Linguistik menyajikan perangkat yang harus ada pada penulis atau pembicara untuk mengungkapkan gagasannya. Perangkat itu berupa kata-kata dan struktur. Linguistik juga menyediakan metode untuk menyusun perangkat-perangkat ini. Sedangkan stilistika menyajikan metode pemilihan dalam menentukan ungkapan atau struktur mana yang sesuai, sehingga pengguna bahasa bisa menyampaikan maksud tertentu yang berkesan pada si penerima. Tentu saja, dalam hal ini perlu diperhatikan teori-teori yang telah disepakati oleh para ahli baik yang berkaitan dengan makna verbal, kaidah morfologi, gramatika maupun retorikanya.
- Linguistik mempelajari apa yang tersurat dalam teks sedangkan stilistika mempelajari bagaimana teks itu dibuat dan bagaimana efeknya terhadap seni dan makna.
- Linguistik mengabaikan kemampuan sastrawan dalam melampaui kaidah-kaidah baku sehingga mereka mampu menghasilkan teks sastra. Sebaliknya, stilistika menggunakan bahasa sebagai media untuk memaknai lambing-lambang bahasa yang terpantul pada kekhasan karya sastra serta hubungannya dengan sastrawan itu sendiri.
B. Relasi Stilistika dan Kritik Sastra
Kritik sastra secara lazim diartikan sebagai seni
menilai dan menganalisis karya sastra berdasarkan pada asas ilmiah. Stilistika
dan kritik sastra bertemu pada gagasan meneliti teks sastra dari sisi-sisi
unsurnya (elemen-elemen artistik dan kreasi) dengan sarana bahasa dan retorika.
Berdasarkan definisi ini, kritik sastra berarti memberikan penilaian atas suatu
objek berupa karya sastra. Objek material kritik sastra sama dengan objek
material stilistika, yakni karya sastra. Perbedaannya terdapat pada tujuan
stilistika tidak menganalisis karya, tetapi mengungkapkan dasar-dasar keindahan
yang terdapat pada reaksinya. Jadi, aspek keindahan merupakan fokus analisis
dalam disiplin ini.
Jelas bahwa Stilistika meliputi
bidang ilmu linguistik dan Kritik Sastra. Jadi analisis Stilistika dapat berupa
analisis bahasa yang digunakan dalam karya sastra. Dikatakan oleh Wuddowson,
bahwa mengkritik sastra tidak bisa lepas dari analisis tentang bahasanya.
Dengan demikian Stilistika melibatkan baik kritik sastra maupun bahasa.
Stilistika adalah suatu bidang ilmu yang menjembatani kedua disiplin ilmu
tersebut, dan bukan disiplin ilmu tersendiri, tetapi sebagai suatu cara untuk
menghubungkan disiplin-disiplin ilmu yang lain. Stilistika dan Kritik Sastra
memiliki objek kajian yang sama, yaitu tuturan atau karya sastra. Hanya saja,
Stilistika mengkaji karya sastra yang terpisah dari hal-hal yang
mengelilinginya, seperti aspek historis dan sosial-politik. Objek kajiannya
hanya tuturan atau karya sastra saja. Sedangkan Kritik memandang Karya sastra
sebagai suatu kesatuan yang saling melengkapi.
Cara kerja kritik sastra bergantung selain pada unsur
keindahan juga pada unsur keabsahan suatu bahasa. Dalam konteks ini, stilistika
menjadi penghubung antara bahasa dengan kritik sastra.
Adapun hubungan antara stilistika dan kritik sastra bisa dipandang dari tiga perspektif, yaitu:
- Pertama, stilistika dan kritik sastra itu berbeda. Dasar dari pandangan ini ialah kritik sastra memiliki pemahaman yang komprehensif, sementara stilistika memiliki arah yang terbatas. Dalam pandangan ini, kritik sastra memiliki prosedur yang sangat jeli, dan menggunakan semua perangkat-perangkat seni dan baru menilai aspek keindahan berdasarkan data pada karya sastra tersebut. sedangkan orientasi stilistika adalah keindahan saja, tidak sampai pada gagasan menilai bagus atau tidaknya suatu karya sastra.
- Kedua, mengarah pada kritik gaya bahasa. Aliran ini memasukkan kritik sebagai salah satu cabang ilmu stilistika, yang diuraikan dengan definisi dan standar-standar baru.
- Ketiga, mengakui metodologi masing-masing dari stilistika dan kritik sastra. Hubungan keduanya adalah hubungan dialektis; keduanya saling melengkapi. Kedua metode itu sama-sama meneliti teks dari sisi deskripsi, analisis, dan interpretasi. Stilistika cukup mengungkap sisi keindahan sedang kritik sastra mengarah pada penilaian.
Dapat disimpulkan bahwa stilistika hanyalah disiplin pembantu yang memperkaya kritik sastra, membantunya dalam eksperimen alternatif, yang makin menjustifikasi dasar-dasar bangunan kritik sastra.
C. Kesimpulan
Kesim
Stilistika sangat terbuka terhadap pengaruh disiplin ilmu lain. Oleh karena itu ilmu ini mudah dijabarkan dengan berbagai cara tergantung ilmu yang memengaruhinya. Dijelaskan bahwa ada tiga disiplin ilmu yang sangat erat kaitannya dengan stilistika. Pertama, linguistik. Stilistika memiliki kaitan erat dengan ilmu ini dalam hal kemunculannya. Kedua, kritik sastra. Kaitan erat antara stilistika dengan kritik sastra ini yakni dalam perangkat kerjanya. Ketiga, al-Balaghah atau retorika. Namun di dalam makalah ini hanya membahas dua disiplin ilmu saja yaitu Linguistik dan Kritik Sastra.
Dari penjelasan yang ada di makalah dapat disimpulkan bahwa Stilistika adalah bagian ilmu yang tidak bisa lepaskan dari linguistik atau ilmu bahasa. Stilistika sendiri tidak dapat diterapkan dengan baik tanpa dasar linguistik yang kuat karena salah satu penelitian utamanya adalah kontras sistem bahasa karya sastra dengan penggunaan bahasa pada zamannya.
Dengan demikian, stilistika dipahami sebagai ilmu gabung (linguistik dan sastra) merupakan hal yang tidak terhindarkan. Sedangkan antara Stilistika dengan Kritik Sastra, ketika akan mengkritik sastra tidak bisa lepas dari analisis tentang bahasanya.
Dengan demikian stilistika melibatkan kritik sastra maupun bahasa. Cara kerja kritik sastra bergantung selain pada unsur keindahan juga pada unsur keabsahan suatu bahasa. Dalam konteks ini, stilistika menjadi penghubung antara bahasa dengan kritik sastra. Hubungan keduanya adalah hubungan dialektis; keduanya saling melengkapi. Kedua metode itu sama-sama meneliti teks dari sisi deskripsi, analisis, dan interpretasi. Stilistika cukup mengungkap sisi keindahan sedang kritik sastra mengarah pada penilaian.
Dapat disimpulkan bahwa stilistika hanyalah disiplin pembantu yang memperkaya kritik sastra, membantunya dalam eksperimen alternatif, yang makin menjustifikasi dasar-dasar bangunan kritik sastra.